[SHARE] RinChan's Recycle Bin

rintocil

Sebenernya Female Member
Gocrot VIP
repetisi di fateran


*pada hari minggu



telah kutandai sekujur tubuhmu
serupa pagutan ular
teramat liar ...
lamatlamat nian
antara kesadaran/ketidaksadaranp


telah kau tandai sekujur tubuhku
serupa pagutan ular
teramat liar ...
lamatlamat nian
antara kesadaran/ketidaksadaran


pada sudut mungil sebuah kota
di kamar lusuh oleh peluh
di sofa lama penuh airmata


kita saling reguk
juga saling peluk
rasa sakit terus menusuknusuk


takhenti ... takhenti ...


menghujam jantungku ...
menghujam jantungmu ...
memamah lukaku ...
memamah lukamu ...
menghisap venaku ...
menghisap venamu ...
mencercap nadiku ...
mencercap nadimu ...
mengunyah rahimku ...
mengunyah zakarmu ...
membelah dadaku ...
membelah dadamu ...
mencincang hatiku ...
mencincang hatimu ...


kembali


menghujam jantungku ...
menghujam jantungmu ...
memamah lukaku ...
memamah lukamu ...
menghisap venaku ...
menghisap venamu ...
mencercap nadiku ...
mencercap nadimu ...
mengunyah rahimku ...
mengunyah zakarmu ...
membelah dadaku ...
membelah dadamu ...
mencincang hatiku ...
mencincang hatimu ...


rasa sakit terus menusuk
merasuk masuk
mengetukngetuk!
mengutukngutuk!


lagi dari semula!


menghujam jantungku ...
menghujam jantungmu ...
memamah lukaku ...
memamah lukamu ...
menghisap venaku ...
menghisap venamu ...
mencercap nadiku ...
mencercap nadimu ...
mengunyah rahimku ...
mengunyah zakarmu ...
membelah dadaku ...
membelah dadamu ...
mencincang hatiku ...
mencincang hatimu ...


takhenti... takhenti


tinggal aku dan kau
berkeping
entah antara kesadaran/ketidaksadaran
kita pernah saling menandai
hati-sekujur tubuh
serupa pagutan beribu ular
teramat liar ...
lamatlamat nian
 
Kolaborasi di Hotel Jam2an


KembangJahe:


hujan makin deras
hingga aku tak bisa pulang
dan kau tak bisa pergi

televisi tak menyala
baju tergantung basah
akankah kita tinggal begitu usang
dan membeku


Brotowali:


terus kau cerita
senandungkan kidung keresahan
hingga tak terpotong oleh detik
dan juga menit
berlalu dari bulan ke bulan

terus kulalui gelap hati
yang tak pelak dari duka
hingga mulut terkunci
tak sepotong huruf keluar
dan kata berhamburan
terbang
ke dunia mimpi
“sampai kapan?”


KembangJahe:


titik akan berakhir pada titik
rokok tetap menyala
kau tanpa celana
sedang aku telanjang dada
hujan tak mau reda
kita sudah terkepung
dan tak bisa kemana pergi


Brotowali:


sudah akan meratapi nasibnya
sedang terus berlari tak mau dipegang
akan tetap akan memberikan sejuta tanya
tapi,
biarlah ‘kertas ini tetap menjadi kertas!’


KembangJahe:


beralang kata kau tinggal
nyamuk mengitar di atas kepala kita
kau bunuh satu persatu
bunuh saja sekalian cintaku...


Brotowali:


lentik jari terus menari
mencitai simbolsimbol kekesalan
merasai kekerasan tutstuts bisu
diam
sepi
senyum sebentar
kembali menghapus
lanjut menari
tertawa kecil
dan lalu menghilang


KembangJahe:


resah, sesahmu, desahku
menandai katakata
menandai sisasisa
menandai siasia
kita




Post Coitus Scriptum
KembangJahe & Brotowali
Selatan Jakarta

*zaman jahiliah: sewa hotel jam2an pakai duit beasiswa. Emang dasar mahasiswa 🙈
 
kala purnama gundah


aku adalah esokmu
kala purnama gundah
kita akan bermandi sinar bulan
mari sembunyikan terang dalam kelam
jangan hentikan,...
karna cemas tak hanya bertandang sesaat
mari manjakan resahku resahmu
sambil sesekali mempermainkan
kelaminku kelaminmu
mengulang kembali
masa kanak-kanakmu
masa kanak-kanakku
ketika kita yakin akan jadi baik
dan bahagia
sambil bermain rumah-rumahan
namun cukup dalam hati saja
mari sembunyikan terang dalam kelam
kita akan bermandi sinar bulan
aku adalah esokmu
kala purnama gundah


entah berapa senja telah lewat
sebelum malam datang
waktu mengejar kita di hadapan, sayang

biarkan... biarkan...
 
gugur daun di ujung senja



daun terjatuh di ujung senja itu
perlahan-lahan menyentuh tanah
jatuh di jemari kakiku
perjalanan macam apa
yang sedang kau lalui
siapa yang hendak kau temui

di sini, di ujung senja yang itu-itu lagi
orang-orang saling memamah perih
mulut-mulut mereka menganga
memuntahkan butiran telur
menetas jadi burung
mereka berkicau riang
terbang menuju berkas cahaya
dan rinduku yang silang menyilang

di luar sedang hujan
sedang di dalam
kemarau teramat panjang
daun terus berguguran
adakah kau di ujung senja itu
yang selalu kutunggu dari atas atap kayu
adakah kau begitu lupa untuk pulang


untuk dia dan semua kenangan akannya
 

Kau membuatku tenggelam

dalam mabuk yang terlalu
saat kau bisikan
kata-kata paling manis
hingga yang terkotor sekalipun
Fotogenic-1c550989-6b18-4084-aec2-67325fc87c27.jpg

Desah nafasmu yang hangat
di tiap titian kata...
Ah...
betapa ingin aku menyesapmu

dalam sekali teguk
 
Back
Top